Minggu, 07 Juni 2015

Semua Belum Terlambat

Usiaku belum lagi masuk kepala empat. Tapi bila orang melihat, mungkin usiaku lebih tua dari sebenarnya. Itu karena kesalahanku sendiri. Selain dulu bergelimang maksiat, aku juga tak peduli pada kesehatanku. Tubuhku tak lagi segagah dulu, bahkan tulang punggungku kini melengkung. Ya, aku menjadi cacat. Tapi semuanya sudah menjadi bubur…
Sejak masuk usia remaja, aku mulai mengenal aneka jenis kemaksiatan. Dari mulai merokok, berjudi, juga minuman keras. Ditegur darimana pun dan oleh siapapun, semua tak mempan menghentikan perbuatan burukku. Bila awalnya aku  bermodal harta orang tua sampai ludes untuk semua “hobiku”, hal itu makin menggila saat aku bisa bekerja sendiri.
Kuakui meski bermoral bejat, aku termasuk orang yang selalu beruntung. Dikaruniai otak encer, muka dan fisik yang diidamkan setiap pria, punya orang tua berada, juga hoki yang tak ada putusnya. Semua keberuntunganku ternyata semakin membuatku terjerumus dalam maksiat karena aku tak bisa mensyukuri semuanya.
Saat asyik bermaksiat, acapkali aku berhadapan dengan maut. Empat kali aku mengalami kecelakaan maut yang nyaris mengantarku ke pintu kematian. Namun, itu semua belum juga membuatku jera.
Pernah saat aku hendak pergi berjudi sabung ayam, di tengah jalan aku mengalami kecelakaan. Aku terluka parah hingga masuk ke ruang ICU. Yang luar biasa adalah meski tubuhku koyak di sana-sini dengan luka menganga juga beberapa bagian tubuh patah dan retak, aku tak pingsan. Namun aku mengerang-ngerang karena merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuh. Obat tidur dan penghilang rasa sakit yang diberi dokter, sama sekali tak mempan. Jadilah bangsal penuh dengan rintihanku. Barangkali Allah menegurku dengan membiarkanku merasakan sakit  yang sakit luar biasa dan tetap siuman. Namun alih-alih sadar, setelah sembuh aku tetap bermaksiat dan itu terjadi berulang kali.
Pernah diam-diam kugadaikan BPKB mobil milik orang tua. Hingga habislah tiga mobil keluargaku. Semua kuhabiskan di meja judi. Aku bisa kuat tak tidur selama empat hari empat malam bila tengah berada di meja setan. Makanya orang menjulukiku raja judi. Di mana orang punya hajatan, pasti aku selalu ada di sana. Bahkan mereka sengaja mengundangku, untuk meramaikan judi yang digelar di pesta hajatan. Hal itu membuatku bangga. Naudzubillah!
Entah, aku sendiri tak mengerti otak encerku selalu menjadi buntu bila telah berada di meja judi. Aku rela mangkir dari kerja kantor demi judi. Dan itu terjadi berulang kali. Awalnya aku hanya menerima teguran dari atasan. Kemudian aku memperoleh surat peringatan. Oleh orang tua, aku sudah dinasihati, sayang bila kerja di kantor bonafide yang sudah susah-susah kuraih, tidak kutekuni demi judi. Orang tuaku takut aku dipecat dari kantor kerjaku. Beberapa waktu kemudian, ketakutan mereka terbukti. Aku dikeluarkan dengan tidak hormat dari tempat kerja. Tak hanya itu, kantor juga membawaku ke meja hukum karena korupsi yang kulakukan. Ibu sangat terpukul hingga sakit hampir sebulan.
Hotel prodeo tak menciutkan nyaliku. Hobiku tetap saja berlanjut. Bersama narapidana lain yang “sehobi” kami menggelar judi kecil-kecilan untuk membunuh waktu. Bahkan aku dapatkan banyak “ilmu baru” selama di penjara. Pak Sam, penghuni lama satu selku sering menegur. Ia kadang bertanya kepadaku: Apakah semua maksiat yang kulakukan belumlah cukup? Apakah aku tak berpikir tentang mati dan pertanggungjawaban kelak? Dengan ringan kujawab, “Saya sudah seringkali mau mati pak.”
Istighfar anak muda, sebelum semua terlambat.” Katanya.
Aku tak pernah mengambil pusing nasihatnya. Dua bulan berikutnya aku tak m elihatnya lagi, beliau bebas lebih awal dari seharusnya. Diam-diam aku kehilangan sosok tua yang selama ini tak bosan menasihatiku. Tak lagi kulihat di pojok sel seperti malam-malam sebelumnya sosok tua yang sujud dan menangis di setiap akhir malam. Seketika aku merasa jiwaku kering.
Pulang dari penjara praktis aku menganggur. Hobi judi dan begadang sambil minum masih saja berjalan. Istriku masih saja setia melayaniku meski sering tak kunafkahi dan sering kusakiti. Ia setia membukakan pintu kapan saja aku pulang tanpa mengeluh. Keluar penjara, aku memang bekerja serabutan. Meski begitu, hasil yang seharusnya untuk keluargaku kubawa ke meja judi.
Suatu hari, saat orang menawariku membetulkan atap, senang hati kuterima. Bayangan uang dan meja judi membuatku bersemangat. Jangankan uang, hari itu aku justru masuk Rumah Sakit. Punggung, kaki, dan lenganku patah, jatuh dari atap. Tubuhku mendadak lumpuh, aku tak dapat merasakan apa-apa. Itulah kali pertama aku merasa ketakutan dan tak berdaya.
Alhamdulillah, lumpuhku pulih dalam beberapa bulan. Namun punggungku tak lagi tegak. Aku menjadi bungkuk. Dokter bilang ada syaraf punggung yang terjepit. Dan itu juga karena pengaruh kebiasaan minuman keras, begadang, serta banyak minum kopi. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu pulalah yang membuat syarafku mengalami penyempitan.
Sedih? Sudah pasti. Dan musibah inilah yang membuatku menyadari semua kesalahanku. Bersyukur Allah tetap membiarkan aku menghirup udara segar untuk menebus semua kesalahanku. Semoga Allah mengampuni semua dosaku. Sejenak nasihat Pak Sam berkelebat, “Istighfar anak muda, sebelum semua terlambat…” (***)

Jangan Kau Hanguskan Sendiri Amal Shalihmu…!!

Tidak sedikit di antara kita yang menuliskan pada statusnya di FB: ” Tahajjud sudah, dzikir sudah, baca al-Qur’an sudah. Sekarang apalagi ya?” Atau, menuliskan bahwa dia sudah makan ini dan minum itu untuk sahur, agar diketahui orang lain bahwa dia sedang mengerjakan puasa sunnah, atau mengatakan: “Wahh, jalanan macet banget, bisa telat berbuka di rumah nih”, atau dengan kalimat “Kayanya harus berbuka di jalan nih.”
Wahai para hamba Allah yang sedang meniti jalan menuju Rabbnya, janganlah luasnya rahmat dan ampunan Allah menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-Nya. Janganlah kita merasa bahwa segala amalan yang kita kerjakan pasti diterima oleh-Nyasiapakah yang bisa menjamin itu semua?
Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu’minuun: 60).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
“Maksudnya, orang-orang yang memberikan pemberian itu khawatir dan takut tidak diterima amalannya, karena mereka merasa telah meremehkan dalam mengerjakan syarat-syaratnya.” [Tafsir Ibnu Katsir (3/234)]
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat di atas, maka beliau menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, shalat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima amalannya.” [HR. Tirmidzi (no. 3175), Ibnu Majah (no. 4198), Ahmad (6/159), Al-Hakim (2/393), dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (no. 162)].
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan permisalan tentang hangusnya (terhapusnya) amalan seorang hamba.
Firman Allah Ta’ala:

أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (Al-Baqarah: 266)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Allah membuat permisalan tentang sebuah amalan.” Umar bertanya: “Amalan apa?” Beliau menawab: “Amalan ketaatan seorang yang kaya, kemudian Allah mengutus setan kepadanya hingga orang itu berbuat maksiat yang pada akhirnya setan menghanguskan amalannya.” [HR. Bukhari (no. 4538). Lihat Tafsir Ibnu Katsir (I/280)].
Maka sudah selayaknya bagi kita untuk mengetahui apa saja sebab-sebab yang dapat menghapuskan amal shalih sehingga kita pun bisa menghindarinya.
Di Antara Sebab-sebab yang Dapat Menghapuskan Amal Shalih Adalah:
1.Syirik Kepada Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa syirik akan menghapuskan seluruh amal shalih, sebagaimana dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65)

ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

” Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’aam: 88)
Aisyah radhiyallahu ‘anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Abdullah bin Jud’an yang mati dalam keadaan syirik pada masa jahiliyah, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:”Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikit pun, karena dia tidak pernah mengatakan: ‘Wahai Rabbku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak.” [HR. Muslim (no. 214)]
2. Riya’
Tidak diragukan lagi bahwa riya’ membatalkan dan menghapuskan amalan seorang hamba. Dalam sebuah hadits qudsi, (Allah berfirman):
“Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalannya dan tandingannya.” [HR. Muslim (no. 2985)]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya: “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’.” [HR. Ahmad (5/428), Baihaqi (no. 6831), Baghawi dalam Syarhus Sunnah (4/201), dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (no. 951), Shahih Targhib (1/120)].
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata:
“Ketahuilah bahwasanya amalan yang ditujukan kepada selain Allah bermacam-macam. Ada kalanya murni dipenuhi dengan riya’, tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya orang-orang munafik di dalam shalat mereka. Allah Ta’ala berfirman: “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.” (An-Nisaa': 142). Lanjutnya lagi: “Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya’ -tidak diragukan lagi bagi seorang muslim- sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari Allah Ta’ala. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada Allah akan tetapi terkotori oleh riya’.” [Taisir Aziz Hamid (hal. 467)].
Sekedar contoh: Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dengan niat semata-mata karena Allah. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa dia sedang berpuasa: “Enaknya buka puasa pakai apa ya?” Atau, ia menulis di status FB-nya bahwa ia telah melakukan amal shalih ini dan itu agar diketahui orang banyak bahwa ia melakukan amal shalih. Maka hanguslah amalnya.
3. Menerjang Apa yang Diharamkan Allah Ketika Sedang Sendirian
Berapa banyak di antara kita yang berani menerjang hal-hal yang dilarang oleh Allah, utamanya ketika sedang sendiri dan merasa tidak ada yang tahu, padahal telah mengetahui bahwa Allah Ta’ala adalah dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Orang yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan Allah ketika sedang sendirian, maka akan terhapus amalnya berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. Allah menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran.” Tsauban radhiyallahu ‘anhu bertanya: “Terangkanlah sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Mereka masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman Allah.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 4245), dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (no. 505)].
4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya
Tidak diragukan lagi bahwa menyebut-nyebut amalan shalih dapat menghapuskan amal seorang hamba. Firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu denganmenyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 264).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya ADZAB YANG PEDIH.” Para sahabat bertanya: “Terangkan sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, alangkah meruginya mereka.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka adalah orang yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian (amalan), dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” [HR. Muslim (no. 106)].
5. Mendahului Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Dalam Perintahnya
Maksudnya adalah, janganlah seorang muslim melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebab hal itu termasuk perbuatanlancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya amal adalah yang sesuai dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujuraat: 1)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak.” [HR. Muslim (no. 1718)]
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Waspadalah anda dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al-An’aam: 110). (Lihat majalah At-Tauhid, Jumadal Ula 1427 H).
6. Bersumpah Atas Nama Allah Tanpa Ilmu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya: ‘Berhentilah berbuat dosa!’ Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata: ‘Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?’ Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata: ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu!’ Atau ‘Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga!!’ Akhirnya Allah mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah: ‘Apakah engkau tahu apa yang ada pada diri-Ku, ataukah engkau merasa mampu atas`apa yang ada di tangan-Ku?’ Allah berkata kepada yang berbuat dosa: ‘Masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku.’ Dan Dia berkata kepada yang rajin beribadah: ‘Dan engkau masuklah ke dalam neraka!’ Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” [HR. Abu Dawud (no. 4901), Ahmad (2/323), dishahihkan oleh Ahmad Muhammad`Syakir dalam Syarh Musnad (no. 8275). Lihat pula al-Misykah (no. 2347).
Dari Jundub radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada orang yang berkata: ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.’ Maka Allah berkata: ‘Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan, sungguh Aku telah mengampuninya dan Aku membatalkan amalanmu!” [HR. Muslim (no. 2621)]
7. Membenci Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad: 9)
Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa Al-Qur’an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan, karena alasan itu maka Allah menghapuskan amal-amal kebajikan yang pernah mereka kerjakan. [Fathul Qadir (5/32)].
8. Terluput Mengerjakan Shalat Ashar
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan shalat ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu.” (HR. Bukhari, An Nasaa-i dan Ibnu Majah)
9. Mendustakan Takdir
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kalau seandainya Allah mengadzab penduduk langit dan bumi niscaya dia akan mengadzabnya sedang Dia tidak sedikit pun berbuat dzalim terhadap mereka, dan seandainya Dia merahmati mereka niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan-amalan mereka. Seandainya seseorang menginfaqkan emas di jalan Allah sebesar Gunung Uhud, tidaklah Allah akan menerima infaq tersebut darimu sampai engkau beriman dengan takdir, dan ketahuilah bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan menyelisihimu, sedang apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka tida akan menimpamu, kalau seandainya engkau mati dalam keadaan mengimanai selalin ini (tidak beriman dengan takdir), niscaya engkau masuk neraka (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dan Ahmad, Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali berkata: hadits ini shahih).
10. Mendatangi Pelayan Setan (Dukun/Orang Pintar/Tukang Ramal/Paranormal/Membaca Ramalan Bintang)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Barangsiapa mendatangi tukang ramal kemudian menanyakan tentang sesuatu, maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari.” (HR. Muslim)
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan oleh Allah Ta’ala untuk menjauhisebab-sebab yang dapat menghanguskan amal shalih sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Dan kita memohon kepada Allah Ta’ala, agar amalan yang kita kerjakan tercatat  sebagai amalan yang shalih, yang diterima di sisi-Nya, amin.

Mantan Pendeta Roma Menjadi Ahlus Sunnah

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat.
Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yang begitu tinggi dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan milik mereka yang berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, dan sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.
Sesungguhnya siapa saja yang bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’aala, pasti Dia ‘Azza Wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan akan dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmatan Islam. Semoga Allah merahmati syaikh kami al-Albani yang sering mengulang-ngulangi perkataan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى نِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالسُنَّةِ
Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan as-Sunnah
Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah:
إِنَّ مِنْ نِعْمَةِ اللهِ عَلَى اْلأَعْجَمِيِّ وَ الشَابِ إِذَا نَسَكَ أَنْ يُوَافِيَ صَاحِبَ سُنَّةٍ فَيَحْمِلَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya diantara nikmat Allah atas orang ‘ajam dan pemuda adalah, ketika dia beribadah bertemu dengan pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya
Inilah kalimat tauhid, kalimat yang baik, kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seorang insan yang ingin menggerakkan lisannya untuk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dengan seizin Allah Ta’aala.
Demikianlah yang dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, meluruskannya diatas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-.
Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nashrani) menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa.
Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, dan mengokohkannya diatas jalan keistiqomahan- menceritakan:
Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, saya banyak menghabiskan waktu dengan kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah kekurangan.
Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang, dan saya yakin bahwa ada sesuatu yang salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yang harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku. Saya mulai tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dengan membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yang kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaanku, akan tetapi tetap saja belum sempurna.
Dahulu saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku dan shalat. Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tidak mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama, ketika itu, saya mendatangi ayahku dan kukabarkan kepadanya bahwa saya tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya, saya juga pergi mendatangi ibu dan saudari-saudariku dan kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka.
Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke ad-dir (Istilah untuk gereja yang terpencil dipedalaman. – pent.) disana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tidak berbicara dengan siapapun, saya hanya membaca dan beribadah.
Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu ad-dir ke ad-dir yang lain, saya membaca dan beribadah, kebalikannya para pendeta yang tidak bisa meninggalkan ad-dir mereka, karena saya tidak pernah memberikan janji untuk menjadi seorang pendeta di suatu ad-dir tertentu, dan janji tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya.
Setelah itu, saya memutuskan untuk berkeliling ke pelbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, dan saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pada perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat berkesan, sehingga saya mencintainya.
Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan, dia dan temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah, keduanya menyebutkan Imam Duabelas dan mereka tidak menjelaskan kepadaku tentang Islam dengan sebenarnya, bahkan mereka menfokuskan pada ajaran Syi’ah dan Imam Ali z, serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan manusia.
Semua diskusi tesebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku untuk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka.
Kemudian saya menuju India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia yang membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dengan berlari-lari kecil menuju ke dalam kota, maka kuikuti mereka dan saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yang terbuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari.
Setelah itu, saya kembali ke Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yang saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku. Alhamdulillah.
Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, dan mulailah saya berfikir tentang langkah-langkah yang akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan untuk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke ad-dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah ad-dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana untuk memberikan kalimat dan janji. Pada malam itu, saya berfikir panjang, dan keesokan harinya saya memutuskan untuk tidak memberikan janji kepada mereka lalu kutinggalkan ad-dir tersebut.
Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari ad-dir, setelah itu saya menuju al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman, dan al-Quds, saya tinggal disana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.
Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat.
Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen : Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah kukumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yang saya miliki adalah terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.
Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok dan teroris akan tetapi yang saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki dari Taurat dan Injil.
Kemudian saya putuskan untuk kembali ke al-Quds, karena saya yakin bahwa al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah dibawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan al-Qur’an, Injil dan Taurat. Kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan al-Qur’an dengan isi Taurat dan Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan al-Qur’an sangat dekat dengan ajaran Musa dan Isa ‘alaihimassalaam yang asli.
Selanjutnya saya mulai berdialog dengan kaum muslimin untuk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dengan sahabatku yang mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dengan teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dengan salah seorang dari teman-temannya para da’i.
Pertemuan itu berlangsung dengan saudara yang mulia Amjad Salhub, kemudian terjadilah perbincangan yang bagus tentang agama Islam. Diantara perkara yang paling mempengaruhiku adalah kisah sabahat yang mulia, Salman al-Farisi z, karena di dalamnya ada kemiripan dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.
Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yang lain dengan saudara Amjad beserta teman-temannya, diantaranya fadhilatusy Syaikh Hisyam al-‘Arif –hafidhohulloh-, maka berlangsunglah dialog tentang Islam dan keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Syaikh.
Setelah itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaanku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran atau menolaknya, dan saya sama sekali tidak sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.
Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu dikumandangkannya adzan untuk shalat dhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan :
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya
Maka serta merta saudara Amjad memelukku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas keIslamanku, kemudian kami sujud syukur sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi ([1] Sebagaimana hadits Qoish bin ‘Ashim, Ketika beliau masuk Islam, Rasulullah memerintahkannya untuk mandi dengan air yang dicampur bidara. (HR. An-Nasai, at-Turmudzi dan Abu Daud. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa’ (128).)) dan berangkat ke al-Masjid al-Aqsho untuk menunaikan shalat dhuhur,
Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jamaah shalat dengan syahadat, yaitu persaksian kebenaran dan tauhid yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bapaknya para nabi, yaitu Ibrahim q yang melakukan khitan pada usia 80 tahun (Sebagaimana Rasulullah n bersabda : Ibrahim berkhitan ketika umur 80 tahun dengan “al-Qoduum” (nama alat atau tempat).( HR. Al-Bukhori (3356) dan Muslim (2370).)).
Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh dengan kasih sayang dan cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’aala dan sunnah Rasulullah n sesuai dengan manhaj salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat g beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.
Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan as-Sunnah.

Kamis, 04 Juni 2015

Subhanallah ! Inilah 20 Hikmah Sedekah !

1. SEDEKAH DAPAT MENGHAPUSKAN KESALAHAN DAN MEREDAKAN MURKA ALLAH.
Rasulullah Saw bersabda: “Sedekah meredakan kemarahan Allah dan menangkal (mengurangi) kepedihan sakaratul maut.” (dalam buku Fiqh Sunnah karangan Sayyid Sabiq).
2. SEDEKAH MEMBUKA PINTU REZEKI.
Rasulullah Saw bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR Al-Baihaqi). Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: ” Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan n afkah kepadamu. “(HR Muslim).
3. SEDEKAH MELIPATGANDAKAN REZEKI.
Sedekah tidak saja membuka pintu rezeki/ tetapi juga melipatgandakan rezeki yang ada pada kita.
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah 2:261).
4. SEDEKAH MENJAUHKAN DIRI DARI API NERAKA
Rasulullah Saw bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir
kurma.” ( Mutafaq’alaih).
5. PELAKU SEDEKAH BERADA DALAM NAUNGAN SEDEKAHNYA PADA HARI KIAMAT.
Rasulullah bersabda: “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya ” (HR Ahmad).
6. AMALAN SEDEKAH ADALAH PENAWAR UNTUK BERBAGAI JENIS PENYAKIT JASMANI
Sebagaimana sabda Nabi:”Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (HR Ath-Thabrani).
7. AMALAN SEDEKAH ADALAH PENAWAR BERBAGAI JENIS PENYAKIT HATI
Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada beliau:”Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.”(HR Ahmad).
Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa sedekah dari seorang Muslim meningkatkan
(hartanya) dimasa kehidupannya, meringankan kepedihan saat mautnya, dan Allah hilangkan
perasaan sombong dan egois dari dirinya. (Fiqhus-Sunnah vol. 3, hal 97).
8. ALLAH MENOLAK BERBAGAI MACAM MUSIBAH DENGAN SEDEKAH.
Sedekah menolak berbagai bentuk musibah bagi siapapun, sekalipun mereka dari
golongan orang zhalim, bahkan kafir sekalipun. Rasulullah Saw bersabda’. “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari kematian yang buruk.” (Al-Wasail 6: 267, hadis ke 4).
9. SEORANG HAMBA BARU BISA SAMPAI PADA HAKIKAT KEBAJIKAN SEJATI MELALUI AMALAN SEDEKAH ,
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. 3:92).
l0. SEORANG YANG BERSEDEKAH DIDOAKAN OLEH MALAIKAT SETIAP HARI.
Nabi Saw bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata ‘ya Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq’ sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata.’ya Allah, berikanlah kehancuran kepada orang-orang
yang menahan (hartanya)’,”(HR Bukhari-Muslim).
11. PELAKU SEDEKAH DIKARUNIAKAN KEBERKAHAN BAGINYA DAN HARTANYA.
Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS Saba 34: 39). Dan jika disedekahkan, maka tidak berkurang karena Allah akan menggantinya.
12. TIDAK ADA HARTA YANG TERSISA BAGI PEMILIK HARTA MELAINKAN APA YANG TELAH DISEDEKAHKANNYA.
Sebagaimana dalam firman-Nya: “…Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS.3 :92).
13. ALLAH MELIPATGANDAKAN GANJARAN BAGI ORANG YANG BERSEDEKAH,
sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan
(pembayarannya) kepada mereka: dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS 57:18).
14. PENGAMAL SEDEKAH AKAN DIPANGGIL DARI ARAH PINTU KHUSUS DARI PINTU-PINTU SURGA,
“Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”  (HR Bukhari).
15. PADA AMALAN SEDEKAH TERDAPAT DI DALAMNYA KELAPANGAN DADA, KENYAMANAN DAN KETENANGAN HATI.
Setiap kali bersedekah, makin menguat kebahagiaan dan makin besar kesenangan. Allah Ta’ala berfirman :”Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. 59: 9).
16. SEDEKAH DAPAT MENGHAPUS DOSA.
Pernyataan ini diperkuat dengan dalil hadist Rasulullah saw, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614).
17. KAYA YANG DISERTAI SEDEKAH BERADA DI TINGKATAN YANG SAMA DENGAN AL-QUR’AN YG DISERTAI PENGAMALANNYA.
Rasulullah bersabda: “Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang diberikan Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam. Dan seorang yang dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya di (jalan) kebenaran siang & malam.”
18. SEORANG HAMBA DIANGGAP TELAH MENEPATI PERJANJIAN DENGAN ALLAH, PADA SAAT IA MENGORBANKAN JIWA DAN HARTANVA DI IALAN ALLAH.
Allah berfirman: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang-mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surqa untuk mereka. Mereka berperanq pada ialan Alah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, lnjil dan Al Qur’an. Dan siapakah vanq lebih menepati janjinya (selain) daripada Alltah? Maka bergembiralah dengan jualbeli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangah yang besar.(QS 9:111).
19. SEDEKAH ADALAH PENSUCI BAGI HARTA DAN JIWA, MELEPASKAN DARI SIKAP SIKAP BURUK (AD-DAKHAN).
Nabi berwasiat kepada para pedagang: ‘Wahai para pedaganq,. sesunnguhnva (pada)PERDAGANGAN ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan sedekah.”(HR. Ahmad). Allah berflrman:
“Anbillah zakat dari sebagian, harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS At-Taubah:103).
20. SEDEKAH UNTUK JANDA DAN ORANG MISKIN DIIBARATKAN SEPERTI ORANG YG BERPUASA TERUS MENERUS.
Rasulullah bersabda,”orang yg mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah & ia juga ibarat orang berpuasa yg tidak pernah berbuka.” (HR Bukhari)

Karena Kau Jodohku

Aku baru saja pulang kerja, ketika kudapati bapak dan ibu tengah berbincang tentang pernikahanku dengan anak seorang rentenir. Bapak dan ibu sebenarnya juga tak menginginkan pernikahan itu. Tapi keadaan membuat aku juga orang tuaku tak berkutik. Ya, pernikahan itu diiringi ancaman bila aku atau keluargaku menolaknya, akan ada yang dilukai, termasuk keluarga calon suamiku.
Ya, sebenarnya statusku saat itu sudah dilamar orang. Seorang laki-laki yang kukenal shalih dan rajin beribadah, pintar juga seorang sarjana yang sudah mapan. Dan yang pasti, kami saling cinta. Kami sudah bertemu tiga kali selama proses ta’aruf sampai khitbah. Tapi keadaan membuat aku dan keluarga mundur, dengan alasan menghindari mudharat yang lebih besar. Awalnya berhari-hari aku menangis menolak dan ingin pergi dari rumah. Alhamdulillah, akal sehatku masih berpikir waras. Bila aku pergi, masalah akan kian runyam dan memperkeruh masalah. Akhirnya setelah istikharah, aku memilih menghadapi semua. Mengalir mengikuti alur takdir.
Kalau saja anak dan keluarga itu tidak mengancam keselamatan kami aku tentu  akan bias menolaknya dengan mudah. Bagaimana aku bisa menikah dengan laki-laki kasar, pemabuk, penjudi, pemakan riba dengan tubuh penuh gambar tato? Sungguh aku tak pernah memimpikannya. Tapi kenyataan itu benar-benar harus kuhadapi. Meski dengan segala keterpaksaan. Aku tak mau orang-orang yang kusayangi harus disakiti dan menderita karena penolakanku.
Untungnya keluarga calon suamiku bisa arif menyikapi masalah ini. Meski pada awalnya terkejut dan kecewa, keluarga dan juga calon suami bisa mengerti bahkan jatuh iba padaku. Sungguh semua itu terasa menjadi beban mental yang berat untukku, untuk keluargaku juga untuk keluarga calon suamiku. Tapi kami tak bisa berbuat apa-apa. Ancaman dari anak rentenir itu terlalu berisiko.
Semua orang mengenal bagaimana sepak terjang keluarga rentenir juga anaknya. Membuat onar dan keributan adalah hal lumrah yang jadi pemandangan sehari-hari di tempat kami tinggal. Mereka dan tukang tagihnya tak segan mengobrak-abrik rumah atau bahkan memukul dan menyakiti saat menagih hutang. Perilakunya sadis dan nekad tanpa rasa takut. Penjara tak membuat jera.
Hari H yang semakin dekat membuat kegelisahanku memuncak. Aku sering menangis. Ibu dan bapak pun demikian. Mereka mengerti apa yang aku rasakan. Tapi, yach…, kami tak bisa berkutik.
Seperti, bila ia tiba-tiba datang dalam keadaan mabuk berat ke rumah. Hal itu terjadi berulang kali. Kami sekeluarga begitu benci dan risih dengan kehadirannya. Mulutnya mengoceh tak karuan. Bahkan tak jarang ia mabuk sambil mengacungkan senjata tajam menantang semua orang yang berani menentang dan menghalangi pernikahannya denganku.
Siang malam tak henti aku memohon pada Allah, agar  melepaskan aku dan keluargaku dari himpitan permasalahan ini. Doaku terjawab. Entah harus kasihan atau harus gembira saat kami mendengar pemuda begajulan ini meregang nyawa, setelah menenggak minuman oplosan. Motornya menabrak pal di tepi jalan. Temannya tewas di tempat. Setelah dua hari di ICU, ia akhirnya tak tertolong…
Dalam hati aku bersyukur pada Allah, telah lepas dari satu masalah. Tapi masalah lain menantiku. Aku teringat kembali dengan rencana pernikahanku dengan pria pertama. Aku memang  berharap masih bisa melanjutkan khitbah itu  ke jenjang pernikahan. Mungkinkah? Sementara dulu aku dan keluarga yang mengakhiri karena alasan di atas. Aku dan keluarga hanya pasrah pada Allah atas semua yang menimpa kami.
Subhanallah, ternyata pria pertama dan keluarganya punya pikiran yang sama denganku. Setelah menunggu suasana mereda, ada utusan dari keluarga pria yang menghendaki hubungan yang telah kami rajut berlanjut. Setelah berembug, kami mengambil kata sepakat untuk segera menikah.
Walhamdulillah, mimpi ke pelaminan akhirnya bisa kami wujudkan, setelah kami lalui masa-masa sulit. Kini tiga momongan yang lucu telah hadir menghiasi hari-hari kami. Semoga keluarga yang kami bangun selalu berhias sakinah, mawadah, warahmah. Amin. (***)

Qana’ah Tanda Bahagia

Sifat qana’ah ibarat mutiara yang terpendam di bawah laut. Barangsiapa yang bisa mengambilnya dan memilikinya maka beruntunglah ia. Seorang istri yang memiliki sifat Qana’ah ini maka dapat membawa ketentraman dan kedamaian dalam rumah tangganya.
Sikap qana’ah atau menerima apa adanya (nrimo, Bahasa Jawa) pada masalah kebendaan (duniawi) dalam kehidupan suami istri sangat dibutuhkan. Terutama bagi seorang istri, tanpa adanya sifat qana’ah maka bisa dibayangkan bagaimana susahnya seorang suami. Setiap tiba di rumah maka yang terdengar adalah keluhan-keluhan, belum punya ini belum punya itu, ingin beli perhiasan, pakaian baru, sepatu baru, jilbab baru, perkakas rumah tangga, furnitur, dan lain-lainnya.
Akibat Tidak Qana’ah
Tak adanya qana’ah akan memicu pertengkaran dan perselisihan serta melihat kedudukan suami dengan sebelah mata karena gaji yang kecil. Terkadang keluar keluhan, bila si fulan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar mengapa engkau tidak ?! Sehingga impian membina rumah tangga yang samara semakin jauh.
Hati menjadi resah dan gundah lalu hilanglah rasa syukur, baik kepada suami maupun kepada Allah. Bila hal ini sudah menimpa pada seorang istri maka waspadalah,… Sesungguhnya engkau telah membebani suamimu di luar kemampuannya. Engkau telah membuatnya terlalu sibuk dengan dunia untuk memenuhi segala keinginanmu. Berapa banyak kaum suami yang meninggalkan majelis ilmu syar’i, demi mengejar uang lemburan?
Sebelum menikah, biasanya si fulan rajin datang ke tempat majelis ilmu, namun setelah menikah jarang terlihat lagi. Mungkin tadinya datang setiap pekan, sekarang frekuensinya menjadi sebulan dua kali atau sekali bahkan mungkin tidak datang lagi! Atau berapa banyak kaum suami yang rela menempuh jalan yang diharamkan Allah Ta’ala demi membahagiakan sang istri tercinta melalui korupsi misalnya. Yang terakhir ini banyak ditempuh oleh para suami yang minim sekali ilmu agamanya sehingga demi “senyuman sang istri” rela ia menempuh jalan yang dimurkai-Nya.Wal’iyyadzu billah.
Duhai para istri…, engkau adalah sebaik-baik perhiasan di atas muka bumi ini bila engkau memahami posisimu sebagai wanita. Maka jadilah wanita dan istri yang shalihah. Itu semua bisa dicapai bila engkau mampu mengendalikan hawa nafsumu, bergaul hanya dengan kawan-kawan yang shalihah dan berilmu, dan tutuplah matamu bila engkau melihat sesuatu yang tidak mungkin bisa engkau raih. Lihatlah ke bawah, masih banyak yang lebih menderita dan lebih miskin hidupnya dibandingkan engkau. Maka akan kau temui dirimu menjadi orang yang mudah mensyukuri nikmat-Nya.
Akankah Terlena Dengan Era Modern
Tak dapat dipungkiri saat ini kita hidup dalam era modern yang lazim disebut era digital. Segala kebutuhan dan kepentingan hajat hidup hampir semua dapat dikerjakan hanya dengan menekan tombol. Masak nasi dengan Rice Cooker hanya sekali tekan tombol cooking niscaya beberapa saat kemudian beraspun berubah menjadi nasi hangat yang siap dinikmati bersama keluarga. Contoh sederhana di atas menunjukkan bahwa kehidupan masa kini semakin canggih, teknologi membantu memudahkan pekerjaan sehari-hari manusia.
Namun, akankah kehidupan yang serba digital membuat kita semakin banyak keinginan? Jawabannya tergantung dari kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Di sinilah tantangan kita dalam menjaga ketulusan hati untuk hidup secara bijaksana dan menerima adanya walaupun godaan materi dan gaya glamor setiap saat selalu menatap pandangan mata kita. Di saat yang sama, merupakan tugas berat bagi kita  untuk selalu menjaga hati agar tidak terkontaminasi dengan virus-virus yang membahayakan tersebut.
Semestinya kita berusaha untuk diri dan keluarga agar senantiasa menerima nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah dengan penuh rasa syukur baik syukur secara lisan maupun perbuatan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ibrahim/14:7, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Kami akan menambah nikmat kepadamu, namun jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.
Orang beriman merasa senang dan puas menerima rezeki yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, serta merasa bersyukur atas rezeki yang diterimanya. Makan dengan apa adanya akan terasa nikmat tiada terhingga jika dilandasi dengan qana’ah dan syukur. Sebab, pada saat seperti itu ia tidak pernah memikirkan apa yang tidak ada di hadapannya. Justru, ia akan berusaha untuk membagi kenikmatan yang diterimanya itu dengan keluarga, kerabat, teman atau pun tetangganya.
Bukan Berarti Menerima Nasib
Namun hendaklah kita tidak salah pengertian tentang makna dan arti qana’ah, bukanlah qana’ahmerasa senang dengan segala kekurangan dan kehidupan yang rendah, lemah semangat dan kemauan untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi, mati keinginan untuk mencapai kemajuan secara moral dan material, atau kelesuan untuk membebaskan diri dari kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan. Meski demikian, orang-orang yang memiliki sikap qana’ah tidak berarti menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang yang hidup qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan.
Kekayaan dan dunia yang dimilikinya dibatasi dengan rambu-rambu Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan demikian, apapun yang dimilikinya tak pernah melalaikan dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap qana’ah-nya dan mempertebal rasa syukurnya.
Iman memberikan kepada manusia kepuasan akan apa yang diberikan Allah, dalam hal-hal yang tidak bisa kita mengubahnya atau kesanggupan untuk mencapainya, biar dengan usaha dan tipu daya manapun. Apalagi dalam masa kesusahan dan kesulitan yang menimpa perorangan dan masyarakat, qana’ah memberikan pertolongan bagi ketentraman dan perdamaian dalam jiwa.
Jasa keimanan ini sangat besar dalam membatasi jiwa manusia dari memperturutkan loba yang tidak berkesudahan, tidak cukup dengan sedikit, tidak puas dengan yang banyak, tidak memadai dengan yang halal dan wajar, sehingga senantiasa dalam keadaan tidak puas, haus dan berkeluh kesah. Maka timbulah cara-cara pencarian rezeki di luar batas hukum dan kemanusiaan, hanya berpedoman asal dapat, tidak peduli bahaya bagi diri dan masyarakat. Naudzubillah min dzalik.
Qana’ah Obat Kemiskinan
Qana’ah adalah sikap paling tepat untuk menunjukkan bahwa keterbatasan dalam harta benda bukanlah akhir segalanya. Sikap mulia ini adalah modal yang dapat mengubah kata miskin dari citranya yang hina, rendah dan tak bernilai, menjadi sebuah kemuliaan yang hakiki, bernilai manfaat dan menguntungkan.
Hal ini tentu saja hanya bisa dilihat dari kacamata iman, bukan dari cara pandang picik yang selalu mengapresiasi kesuksesan dengan dasar material semata. Perhatikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
“Sungguh bahagia orang yang berserah diri (masuk Islam) dan diberi rezeki dengan pas-pasan lalu Allah membuatnya bersikap qana’ah dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya.”(Riwayat Muslim)
Para ulama menjelaskan, qana’ah adalah sikap merasa ridha dengan segala yang Allah karuniakan untuk kehidupannya walaupun sedikit, dan bersungguh-sungguh menekan hawa nafsu dan ambisi terhadap harta benda beserta segala kesenangan duniawi lainnya.
Sikap qana’ah begitu berarti bagi kehidupan manusia. Kesempitan rezeki yang dialami oleh sebagian orang tentu suatu hal yang tidak diharapkan oleh siapapun. Rata-rata semua orang menginginkan hidup dalam kecukupan, bahkan kaya raya. Kemiskinan secara otomatis menjadi sebuah kesengsaraan karena ia berlawanan dengan kehendak manusia pada umumnya.
Dalam kenyataan ini, sikap qana’ah dan ridha adalah tindakan efektif untuk mengobati perasaan ini. Jika tidak, keterbatasan harta yang disikapi dengan keliru, justru akan semakin menambah daftar kesengsaraan dalam hidup.
Sebagaimana harta adalah ujian, kekurangan harta juga ujian. Allah menguji manusia dengan kemiskinan dan kekurangan, sejauh mana ia bisa bersikap dewasa, bijak, patriot dan tetap mensyukuri hidupnya, apa adanya. Kemiskinan bisa menjadi ladang kebaikan bagi orang yang sabar, atau lubang kesengsaraan berikutnya bagi orang yang kufur.
Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah : 155)
Namun tentu saja qana’ah bukan berarti bersikap pasrah. Qana’ah pun harus dimaknai dalam kerangka mensyukuri segala hasil yang diperoleh setelah upaya dan kerja keras yang maksimal telah dilakukan. Wallahu ‘alam bish-shawab. (***)